Kamis, 16 Oktober 2014

LAPORAN STUDI LAPANGAN
BOTANI TUMBUHAN TIDAK BERPEMBULUH
IDENTIFIKASI MAKROALGA DEVISI CHLOROPHYTA DI PANTAI KONDANG MERAK 

Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetjono M.Si
Ainun Nikmati Laily M.Si
Oleh : Kelompok 2
Eman Suherman            (13620006)
Aina Maya Shofi            (13620009)
Srf. Lailatul Maftukha  (13620012)
Afifah Rukmini               (13620013)
Maria Kusuma C            (13620014)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Mengutip salah satu ayat al-Qur’an surat al-An’aam ayat 97 yang berbunyi:

Artinya, “dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.

Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah SWT telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya lewat ciptaan-Nya.Sehingga kita dapat memuji-Nya dengan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya baik di darat maupun di lautan. Lautan Indonesia terkenal akan keindahan dan kekayaan isinya. Laut Indonesia terlihat indah dengan biotanya yang beraneka ragam. Salah satunya yaitu alga. Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata.
Pengertian Alga dirangkum dari Smith (1955), Gupta (1981), dan Bold dan Wayne (1985) adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan talus (Uniseluler atau multiseluler), alat reproduksi umumnya merupakan berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksi tersusun banyak sel. Alga bukan tumbuhan sejati dan termasuk tumbuhan tingkat rendah. Kebanyakan habitatnya adalah di perairan, baik tawar maupun di laut. Penyebarannya ada di seluruh daerah perairan di dunia. Ada yang bersifat mikroskopik dan ada juga yang makroskopik. Alga dipelajari secara khusus dalam cabang ilmu biologi yang disebut Fikologi (Sulisetijono, 2009).
Algae banyak tersebar diseluruh laut Indonesia dan algae yang ada di Indonesia banyak jenisnya. Sehingga pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan manusia telah banyak dilakukan.Beberapa jenis algae bernilai ekonomis. Algae dapat dibidudayakan di laut dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan agar-agar, kosmetik, obat-obatan dan masih banyak lagi (Aslan, 1991).
Alga mempunyai klasifikasi yang dibedakan antara lain Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga cokelat), Rhodophyta (alga merah), Pyrrophyta (alga api), Chrysophyta (alga keemasan), Euglenophyta (alga mirip hewan), Cyanophyta (alga biru), dan lain-lain. Keragaman tersebut sangatlah variatif dan harus dijaga kelestariannya. Sebagai mahasiswa biologi, sangat penting mempelajari dan memahami keragaman tersebut. Namun, KKL (Kuliah Kerja lapangan) ini lebih menfokuskan terhadap makroalga.
Oleh karena itu, disamping kita mengetahui jenis-jenis makroalga secara tekstual di bangku kuliah, maka dengan dilakukannya studi lapangan ini diharapkan kita juga mengetahui secara kontekstual. Dilakukannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di pantai Kondang Merak ini, guna mengetahui, mempelajari dan memahami secara mendalam mengenai alga. Pantai Kondang Merak merupakan salah satu pantai yang bisa dikatakan mempunyai vegetasi makroalga yang cukup bagus. Meskipun tingkat kelimpahannya masih belum tergolong tinggi, tetapi macam-macamnya sudah dapat memenuhi untuk dijadikan bahan studi lapangan mata kuliah Botani Tumbuhan tidak Berpembuluh mengenai makroalga.

1.2  Tujuan
Tujuan dari studi lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui keanekaragaman makroalga devisi Chlorophyta yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri dari jenis-jenis makroalga devisi Chlorophyta yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak.
3.      Untuk mengetahui klasifikasi dari jenis-jenis makroalga devisi Chlorophyta yang berhabitat di zona pasang surut pantai Kondang Merak.

1.3  Manfaat
Hasil dari studi lapangan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah informasi tentang beberapa macam keanekaragaman makroalga devisi Chlorophyta di pantai Kondang merak.
2. Sebagai bahan studi lanjut untuk objek praktikum mata kuliah Botani Tumbuhan tidak Berpembuluh mengenai makroalga.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA
            Alga atau ganggang merupakan tumbuhan Thallophyta (Thallophyta adalah tumbuhan yang belum memiliki daun, akar dan batang yang jelas) yang memiliki klorofil, sehingga dapat berfotosintesis dan bersifat autotrof. Tumbuhan ini dapat ditemukan di perairan dan tempat-tempat lembab, bahkan ada yang bersimbiosis dengan tumbuhan lain. Tubuhnya ada yang barsel satu, membentuk koloni, dan barsel banyak dengan kandungan pigmen (zat warna) dan zat cadangan makanan yang berbeda (Atmadja.1996).
            Habitat alga adalah tempat yang berair: sungai, kolam, rawa, laut, tanah, yang lembab, pohon, dan sebagainya. Distribusi alga kosmopolit. Alga ditemukan di sumber air panas, di salju daerah kutub dan puncak gunung yang tinggi, bahkan di perairan yang mengandung boraks di Lamongan juga ditemukan alga (Sulisetjono,2009).
Chlorophyta merupakan kelompok alga yang paling banyak ditemukan di air tawar, hanya sebagian kecil yang hidup di laut. Di perairan Chlorophyta hidup sebagai plankton. Plankton adalah organisme kecil yang hidup melayang-layang dalam air yang dapat menjadi sumber makanan bagi hewan air dan ikan. Chlorophyta juga ada yang melekat pada tanah yang basah, tembok yang lembab, pada batang tumbuhan lain, dan ada yang hidup melekat pada tubuh hewan (Aziz, 2008).
Chlorophyta mempunyai pigmen hijau yang dominan dan terhimpun dalam kloroplas. itulah mengapa Chlorophyta disebut dengan alga hijau. Cholorophyta tidak selalu berwarna hijau karena beberapa anggotanya memiliki pigmen yang memberikan warna jingga, merah atau merah kehitaman. Bentuk kloroplas pada Chlorophyta bernacam-macam. Misalnya pada Chlamidomas berbentuk mangkuk, Spirogyra berbentuk spiral, dan Chlorella berbentuk bulat. Pada kloroplas ditemukan pirenoid dan stigma. Pirenoid adalah rongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan berupa amilum. Stigma adalah bagian yang sensitif terhadap cahaya, berguna untuk menuntun Chlorophyta menuju cahaya sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung (Aziz, 2008).
Alga ini merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau (Chlorophyceae) termasuk dalam divisi Cholorophyta bersama dengan Charophyceae. Perbedaan dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi beberapa amilum, penpigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi beberapa amilum, penusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amylose dan amilopektin (Sulisetjono,2009).
Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan air payau. Alga hijau yang hidup di air laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagaian yang hidup di air laut merupakan mikroalaga seperti Ulvales dan Sphonales(Sulisetjono,2009).
Pada beberapa anggota bangsa Zygnematales, Odogonium, Pithophora tumbuh di air mengapung atau melayang. Sebagian besar dari bangsa Volvocales, Chlorococcales, dan Desmidiaceae hidup dipermukaan air sebagai plankton. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan melekat pada organisme lain baik tumbuhan atau hewan (Sulisetjono,2009).
Dinding sel ganggang hijau terutama tersusun dari selulosa, dan sel-sel tersebut biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat sebutir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, disebut pirenoid, yang juga merupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati (Tjitrosomo,2005).
Sel-sel Chlorophyta dikelilingi oleh dinding sel sehingga memiliki bentuk yang tetap. Chlorophyta dipercaya sebagai asal mula tumbuhan darat. Alasan ini mendukung hipotesisi ini adalah memiliki klorofil a dan b, memiliki dinding sel berupa selulosa, dan menyimpan cadangan makanan berupa zat tepung (amilum) (Aziz, 2008).
Amilum dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, tersusun sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Seringkali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastisida disebut pirenoid. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid dan jenis demikian ini merupakan golongan Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah pirenoid umumnya dalam tiap sel tertentu dan dapat digunakan sebagai bukti taksonomi (Sulisetjono,2009).
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunannya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi (Taylor, 1960).
Chlorophyta bersel satu tidak bergerak (contoh: Chlorella, Chlorococcum), Chlorophyta bersel satu dapat bergerak (contoh: Chlamydomonas, Euglena), Chlorophyta berkoloni tidak bergerak (contoh: Hidrodictyon), Chlorophyta berkoloni dapat bergerak (contoh: Volvox), Chlorophyta berbentuk benang (contoh : Spirogyra, Oedogonium), dan Chlorophyta berbentuk lembaran (contoh: Ulva, Chara). Ulva terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat dapat dimakan (Indah, 2009).
Perkembangbiakan pada alga hijau Chlorophyta berkembang secara vegetatif, secara aseksual, dan secara seksual. Pada perkembangbiakan secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi tubunya dan pembelahan sel. Pada perkembanganbiakan secara aseksual dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa menjadi peleburan sel kelamin. Pada perkembangbiakan secara seksual banyak dijumpai yaitu isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur hidup umumnya dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe diplohaplontik(Sulisetjono,2009).
















BAB III
METODE PRAKTIKUM

 3.1 Waktu dan Tempat
Study lapangan identifikasi keanekaragaman alga ini dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 11-12 Oktober 2014. Pengamatan alga dilakukan pada Sabtu sore hari sekitar pukul 16.00-17.30 WIB dan dilanjutkan pada minggu pagi pukul 06.00-07.00 WIB. Pengamatan alga ini bertempat di daerah Malang bagian selatan, tepatnya di pantai Kondang Merak yang berada di Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Identifikasi dilakukan setelah tiba di UIN MALIKI Malang.

3.2 Alat dan Bahan
            3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
a)    Alat Tulis
b)    Penggaris
c)    Kamera digital
                    
3.2.2 Bahan
      Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
a)        Alga dari divisi Chlorophyta yang ditemukan di zona pasang surut pantai Kondang Merak
            3.3  Langkah Kerja
       Langkah-langlah kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.3.1        Pengambilan Sampel
1.      Dicari alga dengan terjun langsung ke pantai ketika keadaan surut
2.      Diamati alga yang ditemukan
3.      Diukur panjang dan lebar alga tersebut
4.      Didokumentasikan dengan cara difoto
      
3.3.2        Identifikasi Sampel
1.      Dibedakan spesies alga dari divisi Chlorophyta
2.      Diidentifikasi spesies alga yang ditemukan
3.      Dibandingkan spesies tersebut dengan literatur.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

3.1 Ulva lactuca
Gambar hasil pengamatan
Gambar literatur
       
(Taylor 1960)

Klasifikasi
Menurut Lovales (1989) Klasifikasi dari Ulva lactuca ini adalah sebagai berikut:
   Kingdom  : Plantae
            Divisi : Chlorophyta
                   Class : Chlorophyceae
                        Ordo : Ulvales
                               Famili : Ulvaceae
                                    Genus : Ulva
                                        Spesies : Ulva lactuca
Ulva lactuca adalah salah satu spesies dari devisi Clorophyta yang telah berhasil kami temukan di perairan pantai kondang merak. Makroalga ini sangat banyak ditemukan hampir diseluruh hamparan pantai. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan morfologi dari makroalga ini adalah berwarna hijau, licin dan tipis, terdapat blade dan holdfast dan juga didapatkan panjang 8 cm dan lebar 13 cm.
Bentuk talus dari makroalga ini adalah lembaran atau helaian. Dikarenakan memiliki bentuk talus seperti lembaran atau helaian, talusnya mempunyai stuktur yang tipis seperti kertas serta licin,  tepian dari talusnya halus dan agak bergelombang, dan hampir menyerupai selada, sehingga seringkali orang-orang menyebutnya dengan selada laut.  selain itu spesies jenis ini juga memiliki tempat menempel pada batu karang atau substrat  sebagai tempat dia bertahan hidup , alat mempel ini biasa disebut dengan holdfast. Pada umumnya Ulva lactuca ini memiliki habitat di daerah pantai, air laut, air payau, dan menempel karang.
Penyataan diatas sesuai dengan pendapat Pandey, (1995) dan Taylor (1960).bahwa Thallus pada spesies merupakan lembaran utama yang bercabang, berbatasan dengan holdfast yang berfungsi sebagai alat melekat di dasar perairan. Tubuh dari spesies ini memiliki lapisan lilin sehingga apabila tekena panas akan mengkilap. Lapisan tersebut juga berfungsi untuk menghindari hilangnya cairan tubuh saat terkena panas yang terjadi pada waktu surut tiba.
Ulva lactuca hampir menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, dengan warnanya yang hijau itu sudah menunjukkan bahwa alga ini memiliki lebih banyak pigmen klorofil a dan klorofil b dari pada karotin dan xantofil. jadi bisa dikatakan ulva lactuca ini bisa mengalami proses fotosintesis. Ulva lactuca ini berkembangbiak dengan dua cara yaitu secara aseksual dan seksual. secara aseksual yaitu dengan oospore berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetative. Sedangkan secara seksual yaitu dengan peleburan sel-sel kelamin.

3.2 Halimeda simulans
Gambar hasil pengamatan
Gambar literature



(Saringana,2009)

Klasifikasi
Menurut Saringana (2009) klasifikasi dari Halimeda simulant ini adalah:
Kingdom : Plantae         
        Divisio : Chlorophyta
              Classis : Chlorophycea
                        Ordo : Caulerpales
                             Family : Udoteaceae
                                    Genus : Halimeda
                                           Spesies : Halimeda simulans

Spesies kedua yang ditemukan selain Ulva lactuca adalah Halimeda simulans. Halimeda simulans termasuk kedalam filum Chlorophyta (ganggang hijau). Hasil dari pengamatan didapatkan bahwa Halimeda simulans ini berwarna hijau dengan tekstur yang kasar dan kaku, terdapat holdfast yang digunakan untuk menempel pada substrat dan juga didapatkan ukuran yakni dengan panjang 6 cm dan lebar 4,5 cm.
Bentuk talus dari makroalga ini adalah terdapat segmen bantalan kompak berumpun, percabangan utama dichotoms atau tetrachotomus. Segmen berbentuk ginjal atau bulat lonjong dan berwarna hijau. Warna hijau ini didapatkan karena Alga ini mengandung klorofil a dan klorofil b sebagai pigmen dominanya. Dan dengan adanya klorofil ini Halimeda simulans dapat melakukan fotosintesis. Fotosintesis itu disimpan sebagai cadangan makanan dalam bentuk amilum atau pati. Halimeda simulans ini sangat memerlukan suplemen kalsium serta pencahayaan yang tinggi untuk terus berkembang. Jika tidak menerima cukup baik, maka makroalga ini akan berwarna pucat dan akhirnya memudar menjadi putih.
Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Tjitrosoepomo (1986) bahwa Bentuk halimeda adalah coral atau seperti karang, berbentuk lembaran. Talusnya berbentuk filament yang bercabang-cabang dan kebanyakan membentuk koloni. Hidup di laut yang dangkal dengan melekatkan talusnya yang berbentuk seperti rhizoid berwarna putih pada subtratnya.
Perkembanganbiakan secara vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel. Secara aseksual dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa peleburan sel kelamin disebut perkembangbiakan secara sporik. Secara seksual banyak dijumpai yaitu isogamy, anisogamy, dan oogamy (Sulisetjono,2009)







3.3 Codium reediae

Gambar hasil penelitian
Gambar literatur

photo of Codium reediae seaweed
Klasifikasi
Kingdom : Plantae         
        Divisio : Chlorophyta
              Classis : Chlorophycea
                        Ordo : Briyopsidales
                             Family : Codiaceae
                                    Genus : Codium
                                           Spesies : Codium reediae

Berdasarkan hasil identifikasi yang telah kami lakukan mengenai alga pada species Codium reedia,  yang pencariannya dilakukan di Pantai Kondang Merak. Codium reediae  ini tergolong dalam devisi Chlorophyta, ditemukan di pinggir pantai tetapi tidak menempel pada karang ataupun bebatuan. Hal ini sesuai dengan literatur (Sulisetijono,2009) bahwa Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan air payau. Alga hijau yang hidup di air laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut.
Spesies ini jarang ditemukan di Pantai Kondang Merak ini. Dan setelah dilakukan identifikasi di dapatkan bahwa Codium rediae thallusnya  berdaging, tegak, terdiri dari daun agak pipih yang timbul dari holdfast Krista tunggal. Cabang dari 1-2 cm lebar, agak pipih di bawah, dan tajam diratakan di atas setengah. Bercabang terutama tidak teratur dichotomous, memperluas di atas untuk cuneate, rata dikotomi di ujung daun. Codium reediae, seperti spesies Codium lain, lembut, beludru dan spons untuk menyentuh. Berwarna hijau biasanya gelap.


BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi lapangan keanekaragaman alga dapat ditarik kesimpulkan bahwa:
1.      Ulva lactuca alga ini tergolong divisi Chlorophyta  yang habitatnya menempel pada karang atau bebatuan. Ulva lactuca ini memiliki ciri-ciri yang pada umunya hidup di lingkungan air laut, berwarna hijau, licin dan tipis, terdapat blade dan holdfast Bentuk talus dari makroalga ini adalah lembaran atau helaian. Bentuk talus seperti lembaran atau helaian, talusnya mempunyai stuktur yang tipis seperti kertas serta licin,  tepian dari talusnya halus dan agak bergelombang, dan hampir menyerupai selada.
2.      Halimeda simulans ini tergolong dalam devisi Chlorophyta, ditemukan menempel pada karang atau bebatuan. Halimeda simulans Bentuk talus dari makroalga ini adalah terdapat segmen bantalan kompak berumpun, percabangan utama dichotoms atau tetrachotomus. Segmen berbentuk ginjal atau bulat lonjong dan berwarna hijau.
3.     Codium reediae, tergolong dalam divisi Chlorophyta. Thallusnya  berdaging, tegak, terdiri dari daun agak pipih yang timbul dari holdfast Krista tunggal. Agak pipih di bawah, dan tajam diratakan di atas setengah. Bercabang terutama tidak teratur dichotomous, memperluas di atas untuk cuneate, rata dikotomi di ujung daun. Codium reediae, seperti spesies Codium lain, lembut, beludru dan spons untuk menyentuh. Berwarna hijau biasanya gelap.Habitat species ini yaitu pada umumnya hidup di laut , hidup diperairan tawar.


5.2  Saran
Waktu dilangsanakan identifikasi alangkah baiknya jika asissten mendampingi praktikan. Sehingga jika ada  alga yag belum diketahui spesiesnya dapat dibantu oleh para asisten secara lengkap tidak hanya satu asinten saja.





DAFTAR PUSTAKA
Atmadjaya, Eddy dkk. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPPI.
Aziz, Abdul. 2008. Dan Alampun Bertasbih. Jakarta : Balai Pustaka.
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember : Fakultas MIPA IKIP PGRI, Jurusan Bologi.
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Uin press.
Taylor, W.R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of the Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press.
Tjitrosoepomo, Siti Sutarmi. 2005. Botani Umum 3. Bandung : Penerbit Angkasa Bandung.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar